PROFESIONALISME
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada
atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada
profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah
laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Profesionalisme merupakan salah satu faktor penting
dalam dunia kerja. Sikap profesionalisme di tempat kerja sangat berpengaruh di
seluruh organisasi. Sikap tidak profesionalisme di tempat kerja berdampak buruk
terhadap moral seluruh anggota di perusahaan tersebut.
Profesionalisme di tempat kerja menuntut beberapa hal berikut:
Profesionalisme di tempat kerja menuntut beberapa hal berikut:
·
Tanggung jawab dan menunjukan passion dalam pekerjaan.
·
Mengetahui bagaimana dan mendapatkan hasil yang diharapkan.
·
Datang ke tempat kerja dengan sikap yang baik.
Kunci menjadi orang yang profesional:
·
Dapat menghargai waktu
·
Baik dengan orang lain
·
Berpakaian rapih.
·
Berkomunikasi secara efektif, apapun kondisinya.
·
Mampu bekerja baik dalam tekanan.
·
Mengajukan kontribusi positif di dalam meeting.
ETIKA
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan")
adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Dengan kata lain etika
adalah nama yang kita berikan untuk berbuat baik / bermoral.
Berikut ini adalah tindakan yang diharapkan di tempat kerja dalam hal
etika:
·
Attendance. Mulai dan selesaikan pekerjaan sesuai espektasi. Gunakan waktu
dengan baik. Prosentase kehadiran minimal 90% atau lebih. Sebelum bekerja
siapkan peralatan yang dibutuhkan.
·
Karakter. Bersiksplah jujur di tempat kerja. Tunjukan jika diri adalah
orang yang loyal, dapat diandalkan, dan disiplin.
1.
Loyal. Bisa menjaga rahasia perusahaan. Dengan bersikap loyal kita bisa
mendapatkan kepercayaan dari atasan.
2.
Kejujuran. Kejujuran sangat bernilai di suatu pekerjaan.
3.
Sikap bisa dioercaya. Higher trust = higher pay.
4.
Inisiatif. Mampu melakukan sesuatu melebihi pekerjaan yang sudah ada.
5.
Disiplin dan bertanggung jawab. Jika anda disiplin maka anda sudah mampu
bertanggung jawab.
·
Kerjasama. Mampu bekerja dengan orang lain agar mendapatkan hasil yang
lebih baik
·
Penampilan. Penampilan mampu mempengaruhi produktifitas kita dalam bekerja.
·
Sikap. Mampu menunjukkan sikap yang positif di tempat kerja.
·
Produktifitas. Mampu menganalisa pekerjaan yang diberikan. Mengikuti
petunjuk yang ada.
·
Kemampuan berorganisasi. Mampu menggunakan waktu secara efektif.
·
Komunikasi. Mampu mendengarkan orang lain dengan baik.
·
Kooperasi. Mampu menunjukan cara menyelesaikan masalah dengan baik.
·
Respect. Bisa menghargai satu sama lain. Dengan begitu kita juga akan
dihargai orang lain.
CONTOH KASUS
Beberapa
waktu lalu Aksi pelecehan seksual terjadi di sebuah hotel
bintang lima di pusat Kota Yogyakarta akhir bulan September lalu. Karyawan
hotel tersebut bernama Widodo Meidana kepergok merekam seorang mahasiswi yang
sedang mandi dan berganti baju di kamar mandi hotel.
"Kejadiannya tanggal 28 September. Saya datang ke Hotel di Jalan Urip Sumoharjo mau renang sama teman saya," ujar mahasiswi berusia 20 tahun itu kepada detikcom, Selasa (16/12/2014).
Mahasiswi ini mengaku sebenarnya sudah merasa risih saat pertama kali berpapasan dengan Widodo di sekitar hotel tersebut. Ditambah lagi dia melihat Widodo yang tampak mondar-mandir di sekitaran toilet wanita.
"Pandangannya sudah beda. Dari situ saya sangat waswas," imbuhnya.
Perempuan yang juga menjadi member fitnes di hotel tersebut mengatakan dirinya 3 kali masuk ke kamar mandi. Saat terakhir, di kamar mandi itulah dia merasa ada yang mengawasinya.
"Saya lihat di belakang pintu ada kertas-kertas yang ada checklistnya. Kertas-kertas itu kok gembung dan berlubang. Ternyata di baliknya ada HP yang posisinya sedang merekam saya," ujarnya dengan suara terbata.
"Saat itu saya langsung nangis, gemetaran saya ambil HP itu dan dengan teman saya kami berjalan cepat keluar dari toilet itu," imbuhnya.
Saat itulah Widodo menghampirinya dan sempat menghalangi. Tak hanya itu, Widodo meminta HP yang saat itu telah dibawa mahasiswi di dalam tasnya.
Setelah berdebat beberapa lama, Widodo kemudian bersedia diajak untuk menemui pihak manajer hotel. Awalnya Widodo tak mau mengaku HP itu miliknya. Pihak hotel juga meminta korban untuk menunjukkan barang buktinya.
"Saya menunjukkan, di dalam HP itu ada foto dia (Widodo) selfie-selfie. Dia baru ngaku," tuturnya.
"Dia minta maaf, tapi masih sambil senyum-senyum. Saya langsung marah-marahi dia di depan orang banyak. Saat itu di restoran. Melihat saya emosi, saya lalu diajak masuk ke ruang manajer. Widodo diamankan pihak keamanan hotel," ulasnya.
Hari itu juga, korban langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Yogyakarta. Kini kasusnya telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta.
"Kejadiannya tanggal 28 September. Saya datang ke Hotel di Jalan Urip Sumoharjo mau renang sama teman saya," ujar mahasiswi berusia 20 tahun itu kepada detikcom, Selasa (16/12/2014).
Mahasiswi ini mengaku sebenarnya sudah merasa risih saat pertama kali berpapasan dengan Widodo di sekitar hotel tersebut. Ditambah lagi dia melihat Widodo yang tampak mondar-mandir di sekitaran toilet wanita.
"Pandangannya sudah beda. Dari situ saya sangat waswas," imbuhnya.
Perempuan yang juga menjadi member fitnes di hotel tersebut mengatakan dirinya 3 kali masuk ke kamar mandi. Saat terakhir, di kamar mandi itulah dia merasa ada yang mengawasinya.
"Saya lihat di belakang pintu ada kertas-kertas yang ada checklistnya. Kertas-kertas itu kok gembung dan berlubang. Ternyata di baliknya ada HP yang posisinya sedang merekam saya," ujarnya dengan suara terbata.
"Saat itu saya langsung nangis, gemetaran saya ambil HP itu dan dengan teman saya kami berjalan cepat keluar dari toilet itu," imbuhnya.
Saat itulah Widodo menghampirinya dan sempat menghalangi. Tak hanya itu, Widodo meminta HP yang saat itu telah dibawa mahasiswi di dalam tasnya.
Setelah berdebat beberapa lama, Widodo kemudian bersedia diajak untuk menemui pihak manajer hotel. Awalnya Widodo tak mau mengaku HP itu miliknya. Pihak hotel juga meminta korban untuk menunjukkan barang buktinya.
"Saya menunjukkan, di dalam HP itu ada foto dia (Widodo) selfie-selfie. Dia baru ngaku," tuturnya.
"Dia minta maaf, tapi masih sambil senyum-senyum. Saya langsung marah-marahi dia di depan orang banyak. Saat itu di restoran. Melihat saya emosi, saya lalu diajak masuk ke ruang manajer. Widodo diamankan pihak keamanan hotel," ulasnya.
Hari itu juga, korban langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Yogyakarta. Kini kasusnya telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta.
Kasus diatas dikutip dari http://news.detik.com/berita/2779468/rekam-mahasiswi-mandi-karyawan-hotel-bintang-lima-di-yogya-disidang
SOLUSI
Menjadi profesional berarti melakukan pekerjaan sesuai
dengan kemampuan anda. Mereka melakukan usaha maksimal dalam menyelesaikan
tugas mereka dan tidak diundur-undur. Menghargai orang lain juga merupakan
sikap profesionalisme di dunia kerja.
Sikap profesional dapat dibentuk. Asalkan orang
tersebut ingin terus konsisten dalam bersikap juga konsisten di pekerjaannya.
Tidak ada ruginya menjadi seorang yang profesional. Justru kita mendapatkan
banyak keuntungan.
Berdasarkan kasus diatas, semua hotel di Indonesia harus melakukan uji kompetensi untuk
menilai karyawan. Para karyawan pun harus memiliki sertifikat kompetensi.
Sertifikat tersebut memberikan penilaian kepada tiga aspek penting terhadap
karyawan hotel, yakni pengetahuan, keterampilan dan moral. Tiga aspek yang
dianggap bisa membuat seorang karyawan hotel lebih profesional. Dengan
adanya sertifikasi kompetensi membuat karyawan hotel lebih mengetahui tugas dan
segala hal yang tak boleh dilakukan. Bisa jadi, karyawan yang jadi pelaku kasus
pelecehan seksual di hotel bintang 5 di Yogyakarta, tidak memiliki pengetahuan
dan perilaku yang tidak baik.